Kisah Pencuri Kecil

INTERBARU.COM -  Sekelompok anak muda menghadiri resepsi pernikahan. Sepertinya ini adalah pernikahan teman sekolahnya dulu. Teman yang sudah lama terpisah, karena banyak diantara mereka yang menempuh studi di jenjang yang lebih tinggi di kota yang berbeda. Tapi karena pernikahan dilaksanakan beberapa hari setelah lebaran, sehingga mereka  yang berada jauh pun bisa hadir, karena kebetulan mudik ke kampung halaman.

Salah seorang di antara anak – anak muda itu tiba – tiba seperti terkejut sekali, saat melihat seseorang tengah menyalami kedua mempelai.  Dan begitu dilihatnya laki – laki tua itu melangkah meninggalkan ruang resepsi, anak muda itu segera mengejarnya. 


Dia memanggil dan mencium tangan laki – laki tua  dengan penuh penghormatan, seraya berkata:
"Masih ingat saya kan, pak guru?”
Gurunya menjawab, “wah maaf, tidak tuh."

Murid itu bertanya keheranan, "Masa sih, pak guru tidak ingat saya."
"Saya kan... murid yang dulu  mencuri jam tangan punya  salah seorang teman di kelas."
"Ketika anak yang kehilangan jam itu menangis, pak guru menyuruh kita untuk berdiri semua, karena akan dilakukan penggeledahan saku murid semuanya."

"Saat itu saya berfikir, bahwa saya akan dipermalukan dihadapan para murid dan para guru, dan akan menjadi tumpahan ejekan dan hinaan, mereka akan memberikan gelar kepada saya: "pencuri" dan harga diri saya pasti akan hancur, selama hidup saya."

"Bapak menyuruh kami berdiri menghadap tembok dan menutup mata kami semua."

"Bapak menggeledah kantong kami, dan ketika tiba giliran saya, Bapak ambil jam tangan itu dari kantong saya, dan Bapak lanjutkan penggeledahan sampai murid terakhir."

"Setelah selesai, Pak guru menyuruh kami membuka penutup mata, dan kembali ke tempat duduk masing-masing."

"Saya takut Bapak akan mempermalukan saya di depan murid murid lain yang semuanya  teman teman saya."

"Bapak tunjukkan jam tangan itu dan Bapak berikan kepada pemiliknya, tanpa menyebutkan siapa yang mencurinya."

"Selama saya belajar di sekolah itu, Bapak tidak pernah bicara sepatah kata pun tentang kasus jam tangan itu, dan tidak ada seorang pun guru maupun murid yang bicara tentang pencurian jam tangan itu."

"Bapak masih ingat saya kan  pak?"
"Bagaimana mungkin Bapak tidak mengingat saya??"

"Saya adalah murid Bapak, dan cerita itu adalah cerita pedih yang tak akan terlupakan selama hidup saya."

"Saya sangat mengagumi Bapak. Sejak peristiwa itu saya berubah berusaha sekuat tenaga menjadi orang yang baik dan benar hingga akhirnya saya bisa meraih cita – cita dan sukses menjadi orang. Saya  mencontoh semua akhlak dan sikap, juga perilaku Bapak."
Sang Guru itu pun menjawab,
"Sungguh aku tidak mengingatmu, karena pada saat menggeledah itu, aku sengaja menutup mataku, agar aku tidak mengenalmu."

"Karena aku tidak mau merasa kecewa atas perbuatan salah satu muridku, aku sangat mencintai semua murid-muridku..."

Sahabat...

Pendidikan memerlukan akhlak yang mengajari bagaimana menutup segala keburukan orang lain. Seperti kisah di atas bagaimana akhlak guru terhadap muridnya dan juga murid terhadap gurunya. Karena pada hakikatnya setiap kita adalah guru, dan setiap kita adalah murid. Tutuplah aib saudaramu, tahanlah lisanmu, dan jangan menyebarkannya.

Aib yang nyata saja diperintahkan Allah untuk ditutup, apalagi Aib yang belum tentu benar/salahnya, atau masih simpang siur kabarnya. Tutupi Aib saudaramu di dunia maka Allah Subhanawata'ala akan menutupi Aibmu di akhirat. Memaafkan, memaklumi, dan berempati adalah sikap orang yang berjiwa besar. Guru memiliki tugas mulia, yakni mendidik muridnya memiliki jiwa besar. Semoga kita senantiasa bisa mengikuti proses pendidikan kehidupan sepanjang hayat.

0 Response to "Kisah Pencuri Kecil"

Post a Comment