Puisi Keenam Belas
HUJAN
Hujan...
Kau tudungi -lagi- percakapan
Meluapkan sedih di jejak perjalanan
Mengangkat jiwa pulang
Kau tudungi -lagi- percakapan
Meluapkan sedih di jejak perjalanan
Mengangkat jiwa pulang
Ada manis dalam kecap
Ada pahit saat satu per satu dirimu
Menyerbu bumi yang tak bersalah
Pun apa maumu?
Ada pahit saat satu per satu dirimu
Menyerbu bumi yang tak bersalah
Pun apa maumu?
Semua ada di dalammu
Cinta; rindu; luka; bahagia
Pro kontra hadirmu
Tapi kau biasa saja
Tapi kau biasa saja
Harapan Indah, Februari 2017
Puisi Ketujuh Belas
MENUNGGUMU
Aku ingin kau menemaniku
malam ini
Karena banyak cerita 'kan ku tebarkan di meja
Yang di atasnya pula ada asbak; bukan minuman
Pula bingkisan valentine
Karena banyak cerita 'kan ku tebarkan di meja
Yang di atasnya pula ada asbak; bukan minuman
Pula bingkisan valentine
Padahal kau sudah berjanji,
bukan?
Akan datang membawa teh jepang dan roti bakar
-Di persimpangan menuju rumahmu
Teman mengobrol kita, agar tidak kering tenggorokan-
Akan datang membawa teh jepang dan roti bakar
-Di persimpangan menuju rumahmu
Teman mengobrol kita, agar tidak kering tenggorokan-
Aku menunggumu sambil
menyulut satu-dua-tiga batang rokok
Asapnya membumbung pelan seolah menuliskan
Suara permohonan maafmu. Akh!!!
Asapnya membumbung pelan seolah menuliskan
Suara permohonan maafmu. Akh!!!
Asbak pun penuh dengan abu
rokok
Aku masih menunggumu
Desa Putra, Februari 2017
Puisi Kedelapan Belas
TENTANG KITA
Tanah rantau pulau seberang
Berjumpa dalam kebingungan
Menyuguh tangan
Berkenalan
Sempat
Kita ucapkan
Semangat berjuang bersama
Agar kelak kaya gembira
Kita ucapkan
Semangat berjuang bersama
Agar kelak kaya gembira
Kita menjelma kapal layar
Menjelajahi lautan ganas
Mencari pelabuhan
Tuhan
Menjelajahi lautan ganas
Mencari pelabuhan
Tuhan
Terhempas
Dilibas amarah
Kita saling menguatkan
Agar pelabuhan dicapai segera
Dilibas amarah
Kita saling menguatkan
Agar pelabuhan dicapai segera
Sayang bekal di perjalanan
Terpaksa habis terbuang
Karena beban
Menyusahkan
Terpaksa habis terbuang
Karena beban
Menyusahkan
Gugur
Tersemat mutiara
Di balik nama
Tangis dan puji menyatu
Tersemat mutiara
Di balik nama
Tangis dan puji menyatu
Desa Putra, 19.02.17
Source: Group Facebook SASTRA PUJANGGA INDONESIA
--------------------&*&--------------------
Renung Sejenak:
“sebab mencintai tanah air, nak, adalah merasa jadi bagian
dari sebuah negeri, merasa terpaut dengan sebuah komunitas, merasa bahwa diri,
identitas, nasib, terajut rapat, dengan sesuatu yang disebut Indonesia, atau
Jepang, atau Amerika. Mencintai sebuah tanah air adalah merasakan, mungkin
menyadari, bahwa tak ada negeri lain, tak ada bangsa lain, selain dari yang
satu itu, yang bisa sebegitu rupa menggerakkan hati untuk hidup, bekerja dan
terutama untuk mati..”
--Goenawan Mohamad--



0 Response to "Puisi Tarsisius Ramto Idong (TRI); HUJAN"
Post a Comment