Puisi -Puisi Karya: Satria Panji Elfalah
Puisi Ketiga
Telaga Hitam
Karya: Satria Panji Elfalah
Malam panjang di tepi telaga
hitam ..
Aku mencari bias bayangmu di antara keriput telaga yang hitam ..
Namun yang kutemui hanyalah gemerlap LED di langit ..
Aku mencari bias bayangmu di antara keriput telaga yang hitam ..
Namun yang kutemui hanyalah gemerlap LED di langit ..
Terseok mengitari telaga di
antara rimbunnya bunga bakung ..
Mencari secercah senyummu yang kini memudar bersama rintihan langit malam ..
Namun yang kutemui hanyalah kekosongan dalam keheningan gulita si juwita malam ..
Yang diam mematung di antara LED langit ..
Yang bundar nan congak mengangkangi tiap jengkal dirgantara malam ..
Mencari secercah senyummu yang kini memudar bersama rintihan langit malam ..
Namun yang kutemui hanyalah kekosongan dalam keheningan gulita si juwita malam ..
Yang diam mematung di antara LED langit ..
Yang bundar nan congak mengangkangi tiap jengkal dirgantara malam ..
Aku telah menantimu di padang
ilalang ..
Kini aku menantimu di telaga hitam ..
Akankah kau datang membawakan busur indah di kedua bibirmu lagi seperti saat di padang ilalang?
Akankah kau datang membawa Mona dan Nyi Ayu yang masih mengenakan selendang putihnya?
Kini aku menantimu di telaga hitam ..
Akankah kau datang membawakan busur indah di kedua bibirmu lagi seperti saat di padang ilalang?
Akankah kau datang membawa Mona dan Nyi Ayu yang masih mengenakan selendang putihnya?
Kutunggu hadirmu, di telaga
hitam ..
Di antara gulita malam ..
Untukmu aku bersajak ..
Wanita hujanku ..
Di antara gulita malam ..
Untukmu aku bersajak ..
Wanita hujanku ..
Serang, 3 Januari 2017.
LED: Lighting Emitting Diode
(lampu LED)
Puisi Keempat
Siapakah Engkau Gerangan?
Kau ..
Ya, aku mencarimu di antara helai demi helai sang waktu ..
Entah sampai kapan aku mampu menyibak tiap helainya ..
Mencarimu di antara interval waktu yang terbatas ..
Hujan mencarimu dalam balutan
selendang putih ..
Di atas rerumputan tempatku berpijak, aku mencarimu ..
Siapakah engkau gerangan?
Datang di dalam keheningan senja ..
Di antara gemerisik dedaunan pohon konifera ..
Di atas rerumputan tempatku berpijak, aku mencarimu ..
Siapakah engkau gerangan?
Datang di dalam keheningan senja ..
Di antara gemerisik dedaunan pohon konifera ..
Ikatan benang yang terurai,
kemudian bersatu di dalam ruang waktu ..
Menggapaimu dalam jangkauan bayang semu ..
Siapakah engkau gerangan?
Datang dalam mimpiku di tengah terangnya purnama ..
Di antara kemerosok radio usang yang timbul tenggelam ..
Menggapaimu dalam jangkauan bayang semu ..
Siapakah engkau gerangan?
Datang dalam mimpiku di tengah terangnya purnama ..
Di antara kemerosok radio usang yang timbul tenggelam ..
Akankah kita berjumpa di
interval waktu yang terbatas?
Gravitasi menarikku, menggantungku bersama bayang semu ..
Akankah kita berjumpa di interval waktu yang terbatas?
Wanita berambut lembayung senja, berbusur pelangi di antara kedua bibirnya ..
Gravitasi menarikku, menggantungku bersama bayang semu ..
Akankah kita berjumpa di interval waktu yang terbatas?
Wanita berambut lembayung senja, berbusur pelangi di antara kedua bibirnya ..
Entah sampai kapan aku mampu
menyibak tiap helainya ..
Helai sang waktu ..
Untukmu, aku bersajak ..
Siapakah engkau gerangan?
Helai sang waktu ..
Untukmu, aku bersajak ..
Siapakah engkau gerangan?
Bali, 12 Juli 2011.
Catatan Penyair:
Ini adalah puisi yang kutulis
sesaat setelah lulus SMA.
Aku menemukan puisi ini tertulis di kertas usang yang kusimpan di dalam dompetku.
Waktu itu aku berada di Pulau Dewata.
Aku berjumpa dengan seorang wanita di Bandara I Gusti Ngurahrai.
Aku tak sempat menanyakan namanya.
Namun, aku merasa Kita pernah bertemu sebelumnya dan aku merasa dia pun demikian.
Untukmu, di luar sana.
Dimana pun kau berada.
Kuharap kau membaca ini.
=====================================================
Inspirasi Infoindoter
Aku menemukan puisi ini tertulis di kertas usang yang kusimpan di dalam dompetku.
Waktu itu aku berada di Pulau Dewata.
Aku berjumpa dengan seorang wanita di Bandara I Gusti Ngurahrai.
Aku tak sempat menanyakan namanya.
Namun, aku merasa Kita pernah bertemu sebelumnya dan aku merasa dia pun demikian.
Untukmu, di luar sana.
Dimana pun kau berada.
Kuharap kau membaca ini.
=====================================================
Inspirasi Infoindoter
“Kemampuan membaca itu sebuah rahmat. Kegemaran membaca;
sebuah kebahagiaan.”
--
Goenawan Mohamad--



0 Response to "Puisi Satria Panji Elfalah; Telaga Hitam"
Post a Comment